Sabtu, 13 Maret 2010

P E R T A N Y A A N ???

Tiba-tiba saja perasaan yang begitu galau menimpa saya. Tanpa menyisakan ruang yang tampak sesak di hati saya. Cemas yang membakar, bimbang dan rasa ragu yang menyelimuti seluruh batin saya yang seakan ingin runtuh. Pertentangan-pertentangan hebat itu muncul tak diduga. Menciptakan keraguan atas seluruh tindakan yang telah saya ambil. Yang ke depannya ’harus’ saya jalani dengan sepenuh hati. Saya memiliki dua sisi yang mungkin ada beberapa orang di lingkungan saya yang belum mereka sadari. Saya senang kesendirian dan saya pendiam. Kesendirian itu terkadang membuat saya merenung dalam diam membayangkan sesuatu dan membentuk imajinasi yang muncul di benak saya. Merangkainya menjadi kesatuan yang utuh ketika semua itu mengalir begitu saja. Tapi di sisi lain saya harus bersikap berbeda. Karena saya juga membutuhkan orang-orang di sekitar saya. Orangtua saya, teman-teman saya dan sahabat saya untuk membantu saya menjalani hidup. Mengisi selembar kertas putih dengan berbagai macam coretan dan sentuhan warna yang mungkin kelak akan berguna untuk diri saya.

Saat ini saya bingung apakah ini merupakan pilihan yang tepat untuk hidup saya? Menjalani suatu hal yang telah menjadi pilihan saya beberapa tahun yang lalu. Namun ada pribadi yang terselip dalam diri saya seakan tidak mendukung apa yang sudah saya pilih. Dan, keraguan itu muncul. Berjalan seimbang antara keinginan dan penolakan dalam hati saya. Tersimpan beku dan yang belum lama ini mencair kemudian menetes untuk sedikit menyadarkan saya. Akankah ini merupakan pilihan yang tepat untuk saya? Sebuah jalan yang pantas saya lewati hingga mencapai titik akhir dari perjuangan saya? Saya tidak tahu, dan tepatnya masih belum tahu. Saya belum mampu menyelesaikan semuanya.

Ketika ambisi berhadapan dengan idealisme dan obsesi itu muncul seketika. Memberikan sebuah ide yang tebayang semu di benak saya. Cita-cita, harapan, angan yang saya miliki memang sangat terlihat berbeda dengan orang lain. Teman-teman saya begitu pun dengan mereka. Setiap perbedaan itu muncul ketika saling berbicara, bercerita, tertawa dan mereka memiliki obsesi yang yang tidak lagi sama dengan saya. Mereka sudah memiliki pilihan hidupnya masing-masing yang saya rasa mereka pun sedang belajar untuk menikmatinya secara perlahan. Menata sebuah jalan hidup yang nantinya akan mereka raih ke depan. Menciptakan sebuah angan yang akan segera terwujud menjadi nyata.

Namun, tampaknya masih semu untuk saya. Saya takut apakah ini tepat dan sesuai untuk diri saya? Pilihan yang sedang saya jalani saat ini setengah mati bahkan terkadang merasa terbebani. Dalam hati saya selalu menikmati dunia saya. Dunia yang jarang orang lain mengerti tentang diri saya dalam diam. Menebak dan mencoba mencari celah ke mana arah hidup saya. Saya pun sama, mencari, meniti, dan terus menelaah setiap jalan yang saya tempuh. Dan, tidak sedikit saya terbuai dan masuk ke dalamnya. Semoga semua pertanyaan-pertanyaan itu akan terjawab suatu saat nanti seiring dengan berjalannya waktu. Dan, kembali meyakinkan saya akan sesuatu yang telah saya pilih untuk kedepannya.

Maaf untuk semua orang yang pernah merasa terluka, marah atau bahkan benci pada sikap saya....
Dalam lubuk hati yang paling dalam ada sebongkah rasa sayang untuk kalian yang sudah saya anggap sebagai bagian dari hidup saya.

Thank you so much!

Selasa, 16 Juni 2009

Jam 10.30 Pak Pos Nganter Surat Kelulusan

Alhamdulillah!!

LULUS!!!

Finally, saya bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang selanjutnya.
Dan The London School of Public Relations Jakarta akan segera menjawab semua cita-cita saya di masa mendatang.

Minggu, 14 Juni 2009

Telapak Tangan

Pancaran sinar matahari itu sejenak menerpa wajah, yang terlihat datar, sunyi senyap tanpa sedikitpun suara. Matanya menerawang jauh. Pikirannya kabur entah ke mana. Membayangkan banyak hal yang tidak penting. Tidak penting bagi yang tidak niat memikirkannya, tapi buatnya itu penting terkadang. Sebuah bayangan tiba-tiba hinggap begitu saja. Berlarut-larut ia bisa memikirkannya dan bila suatu peristiwa terjadi dalam hidupnya hari ini beberapa jam ke depan pasti esok ia bisa melupakannya. Begitulah sebuah kehidupan yang dialami Sudiyanti dalam kesehariannya.

Kadang ia terusik dengan sebuah kata, yaitu ”kehidupan”. Apa yang sebenarnya ada dalam sebuah kehidupan? Berbagai sisi dan sudut pandang pasti ada di dalamnya. Namun tidak tentu. Seperti sebuah kalimat yang tidak koheren. Kata makna yang seharusnya di dekatkan dengan kehidupan. Apabila kita mengerti apa makna yang tersembunyi dalam kehidupan pasti kita tahu bagaimana cara kita bersikap, menjalani hidup dalam diri sendiri, berinteraksi dengan Tuhan, lingkungan dan sesama.

Di telapak tangan kita banyak sekali garis-garis. Mungkin ada sebagian orang yang berkata bahwa itu adalah garis kehidupan. Hidup tanpa makna sama saja bohong. Kita akan merasa hampa, kosong. Namun dari setiap ruang kehidupan banyak rahasia. Rahasia perasaan, kecerdasan dan kepiwaian dalam merangkai kata pada saat berkomunikasi. Dalam hidup kita bisa banyak belajar. Bukan hanya dalam arti menuntut ilmu tapi belajar mengatasi berbagai masalah pelik yang terkadang sulit dipecahkan. Percaya atau tidak setiap masalah pasti memiliki jalan keluar. Tidak ada satu pun masalah yang tidak dapat terselesaikan. Asal kita mau, mau untuk melewati jalan keluar yang penuh liku. Berkelok-kelok namun dapat kita tempuh.

Satu Hal yang Paling Membuat Saya Benci

Saat ini berat badan saya 67kg dengan tinggi badan 155cm.

Dan saya rasa itu sangat buruk sekali bagi seorang wanita.

Arrrrgghh!!!

Saya harus bisa membuat berat badan saya turun menjadi 42kg dengan tinggi 155cm kalau memang tinggi badan saya tidak bisa bertambah lagi.

Kamis, 11 Juni 2009

Perasaan Saya??

Sedikit hancur.


Seolah seperti memiliki beban berat.


Ketika saya tiba-tiba teringat cincin putih yang terpasang di middle finger tangan kanannya.


Pertanda apa itu?


Apakah dia sudah bertunangan?


Dengan siapa?


Kapan?


Dan di mana?


Kenapa ibunya tidak memberi kabar ke orangtua saya?


Kami adalah saudara.


Yaa Tuhan... badai yang tengah saya rasakan begitu kencang.


Ombak terasa sangat keras menghantam bibir pantai malam ini.


Lalu bagaimana ini?


Hancur rasanya.


Bagaimanapun saya harus menyadari posisi saya.


Akankah suatu saat nanti saya akan mendapatkan yang lebih tepat dan lebih baik daripada ini?


Entahlah... hanya Tuhan yang berencana dan Tuhan-lah yang menentukan.

Rasa

Saya ingin mencari dia.

Saya ingin menemui dia.

Dan saya berkhayal meminum secangkir cappucino hangat sambil menikmati keindahan langit malam bersama dia dan cerita hidupnya.

Atau bahkan mungkin hanya dengan ucapan "hai!" bisa membuat hati saya lega.

Tapi... bagaimana caranya? Saya bingung.

Belum pernah saya merasa terjebak dalam situasi sesulit ini.
Saya hanya bisa berangan wajahnya, postur tubuhnya, kacamatanya yang membuat dia terlihat lebih intelek, kemeja putih yang terakhir saya lihat bertengger di tubuh jangkungnya, punggungnya yang terlihat begitu dekat di depan mata saya, sapaannya pada ibu saya, obrolannya dengan ayah saya.

Saya begitu kagum dengan penampilannya yang terlihat begitu dewasa.

Apakah mungkin sebuah rasa di hati saya akan berlanjut menjadi kisah nyata dan bukan sebagai imajinasi terindah saja.

Rasa itu begitu kuat dan sangat terlihat jelas di hati saya.

Yaa Tuhan kenapa saya merasakan ini bukan pada orang yang tepat?

Rahasia apa yang Kau sembunyikan yaa Tuhan? Karena dia adalah sepupu saya.

Dan itu tidak akan mungkin terjadi.

Apa respon keluarga besar saya nanti jika itu benar-benar terjadi?

Senin, 08 Juni 2009

Sesuatu yang Tidak Kasat Mata

Mimpi, cita-cita dan harapan pasti ada di masing-masing diri setiap orang. Saya pun begitu. Saya bukan hanya seorang anak manusia yang pandai bermimpi namun saya adalah seseorang yang ingin selalu berusaha untuk menghadirkan mimpi itu ke dunia nyata meskipun tidak semuanya berjalan mulus sesuai dengan harapan. Perjalanan hidup yang cukup rumit untuk saya tidak akan pernah mampu mengikis setiap mimpi dan cita-cita yang menjalar di hati dan pikiran saya begitu saja. Rumit untuk saya tapi mungkin tidak untuk orang lain. Okelah, banyak orang yang melihat diri saya dari luar begitu simpel dan sederhana, tapi tidak untuk hati saya. Sepersekian detik hati dan pikiran saya selalu berangan-angan dan berusaha untuk membuat sesuatu yang baru. Namun semua itu tidak berjalan dengan baik dan lancar. Banyak cobaan, rintangan, godaan, napsu yang kerap kali mengganggu dan menghantui diri saya sehingga tidak jarang saya merasa terhambat dengan itu semua. Manusiawi menurut saya.

Saya sangat mengakui bahwa saya bukanlah seseorang yang ekstrovert dan juga bukan seseorang yang introvert. Saya senang bersosialisasi dan berkumpul dengan banyak orang dan membicarakan banyak hal, tetapi di sisi lain saya juga suka menyendiri dan menjauh dari lingkungan. Bagi saya itu sangat menarik, karena sering kali saya merasa butuh sesuatu yang hingar bingar dan tempat berbagi pengalaman. Namun terkadang saya juga butuh tempat yang sunyi senyap jauh dari keramaian untuk menuangkan semua ide-ide, curahan hati dan inspirasi yang tiba-tiba muncul di benak dan hati saya. Untuk saat ini saya cukup nyaman dengan kehidupan saya saat ini. Tetapi setiap manusia pasti tidak akan penah tahu apa yang akan terjadi suatu saat nanti dan semua itu tidak akan pernah lepas dari kehendak yang di Atas. Mungkin saja kebribadian saya bisa bermetamorfosis suatu saat nanti, karena saya sangat mengakui bahwa jiwa saya masih sangat labil saat ini. Dengan umur 18 tahun saya rasa saya masih memiliki banyak kesempatan untuk berubah menjadi baik dan bukan untuk menjadi sebaliknya.

Saya adalah salah satu contoh orang tidak pernah bisa menceritakan masalah pribadi saya pada setiap orang, terutama orang yang baru saja saya kenal. Setiap ada masalah yang muncul dan mengganggu pikiran saya, saya selalu berusaha untuk mencurahkan semua perasaan saya. Entah melalui tulisan atau mungkin menceritakannya pada orang terdekat seperti yang biasa orang lain lakukan. Dan saya rasa tidak semua orang terdekat saya dapat saya ceritakan masalah yang menyangkut diri saya. Saya selalu meninjau kembali masalah yang terjadi pada diri saya dan ke mana saya akan mencurahkan isi hati saya selanjutnya dan mana orang yang tepat memberikan solusi terbaik untuk diri saya. Pastinya saya memilih mana cerita yang pantas dan tidak pantas saya ceritakan pada orang tersebut. Bahkan saya lebih sering meluapkan semua masalah dan cerita-cerita saya dengan tulisan. Dengan cara itu tidak jarang saya merasa lega. Seolah saya memiliki tempat tersendiri untuk membagi semua keluh kesah yang mengganjal di hati. Saya adalah orang yang agak sedikit pendiam bahkan cenderung sangat pendiam apabila bertemu orang yang tidak pernah saya kenal sebelumnya. Saya selalu butuh waktu dan proses untuk bisa bicara dengan orang lain tanpa rasa canggung. Karena saya bukanlah orang yang pintar dalam memilih topik yang baik dalam mengawali pembicaraan. Begitulah saya.